Pilkada dan Penjual Goreng Pisang - SUMBAR TERBARU

Breaking

SUMBAR TERBARU

Berbagi Berita Berbagi cerita

loading...

Post Top Ad

Loading...

Post Top Ad

Thursday 26 October 2017

Pilkada dan Penjual Goreng Pisang

ilustrasi
Saya pernah terlibat percakapan dengan seorang anggota legislatif, Semula obrolan berlangsung hangat sampai pada akhirnya mengarah kepada pilkada. Kadang disitu saya merasa sedih. Why?

Saya ditawarkan, atau lebih tepat sebuah permintaan untuk mendukung seseorang yang mencalonkan diri sebagai kepala daerah. Saya tahu, calon tersebut diusung oleh partai beliau!. Kebetulan, calon dan anggota dewan ini, juga saya, berasal dari daerah yang sama.
Saya mencoba memancing dengan mengatakan tidak. Secara pribadi saya tidak mendukung. Ada calon lain yang lebih saya kenal dan lebih mengenal saya.
Saya mengharapkan ada jawaban yang lebih "cerdas" untuk bisa meyakinkan saya bahwa kandidatnya lebih pantas dipilih, tanpa mendahulukan sentimen "satu kampung" atau hal yang didasari raso-raso tapi lebih kepada logika dan rasio.
Mungkin dari visi dan misi, performance dan attitude calon unggulannya. Bagaimana dia telah berbuat begini, membawa kemajuan itu, dsb-dsb.
Waaduh...! Saya tak mendapatkan jawaban seperti itu. Yang terjadi justru saya dijejali kalimat seperti "bahasa kadai". Apa yang telah diperbuat Si A? Bagaimana Si B? Sementara ini sekampung, istilahnya: "tagak kampuang bela kampuang".
Jauh sebelumnya, saya sudah banyak mendengar masyarakat mengeluhkan calonnya ini. Kepada masyarakat saya selalu menyampaikan pembelaan bahwa mungkin saja beliau sedang sibuk. Bersabar saja, pasti suatu saat ada waktu untuk itu.
Suara-suara masyarakat itu saya sampaikan kepada beliau yang sedang bercakap-cakap dengan saya ini. Apa reaksinya? Bukannya menerima itu sebagai bahan introspeksi tapi malah "menjejal" saya dengan berbagai kalimat tudingan.
Pun, ketika akhirnya saya akui saya cukup dekat dengan calonnya, bahkan masih ada hubungan kekerabatan, praduga itu masih tak berubah. Bahkan saya juga menyampaikan bahwa keluhan itu juga disampaikan kepada seseorang yang juga sedang menjadi calon untuk pemilihan lain, orang ini pun mendapat komentar miring. Saya tahu orang ini pun diusung oleh partai berbeda untuk pemilihan berbeda. Orang inipun tak lepas dari hujatan.
Memang saya tidak akan mendukung calonnya, karena calon pilihan saya telah mengerti hitam dan putih hidup saya. Tatilantang tatilungkuik, beliau ikhlas mengulurkan tangan.
Sungguhpun demikian besar menolong, beliau tak pernah membebani saya dengan perkataan minta tolong mencari dukungan, bahkan membawa saya ke dalam barisan pendukungnya pun tidak.
Tapi dasar saya mendukung bukan itu. Saya lebih melihat kepada performance, attitude dan visi serta misinya. Saya lebih mendasari pilihan kepada kemampuan dan kemauan calon dalam memperjuangkan daerahnya.
Saya pernah mendengar pengakuan langsung tentang kiprah dan kegigihan beliau oleh seseorang yang pernah menjadi rekan sekaligus rivalnya dalam pemilihan Itu saya dengar berkali-kali dan diucapkan di forum resmi didengar oleh banyak konstituennya. Terakhir saya dengar dalam sebuah acara kongres sebuah organisasi pers Bayangkan, seorang rival dalam memperebutkan suara berkata jujur dihadapan konstituennya mengakui kiprah sosok lawan tandingnya?
Tapi, untuk menyampaikan kalimat yang kata orang sekarang kampanye negatif atau kampanye hitam, bukanlah sifat saya. Sekian lama berkecimpung di dunia jurnalistik, sedikit banyak saya tahu hitam dan putih bahkan abu-abu. Belum pula yang "belang-belang", entah kata apa pula itu, Saya coba cari di google translate tak bersua padanan katanya dalam bahasa pergaulan internasional. Prinsip saya, apa yang saya ketahui, tapi bukan untuk kepentingan publik saya anggap saya tidak pernah mendengar atau mengetahuinya.
Saya hanya mengelus dada. Kembali saya harus menuliskan: "Kadang disitu saya merasa sedih!"
Saya ingat, waktu kecil sering berkeliling kampung menjajakan pisang goreng atau goreng pisang, entah mana yang betul, buatan nenek saya. Saya sering mendengar, pisang goreng bikinan nenek saya, enak, besar-besar pula! Saya ditanya rahasianya, saya jawab sejujurnya.
Tapi saya memilih diam ketika ibu-ibu yang membeli mulai membandingkannya dengan pisang goreng buatan orang lain. Hanya dalam hati saya menjawab, kalau enak beli kalau tidak ya sudah! Daripada saya ikut terlibat percakapan mereka, begitu dibayar saya memilih pergi.
Begitu juga ketika almarhumah bibi saya pulang kampung karena suaminya habis kontrak dengan perusahaan tempatnya bekerja, Untuk menyambung hidup, bibi saya membuat tapai dari singkong untuk dijual. Saya dan sepupu saya menjadi penjual berkeliling kampung.
Orang-orang pun mengakui tapai singkong bikinan bibi saya manis, sehingga jualan kami selalu habis. Tapi, sekali lagi, tugas kami hanya menjajakan tapai buatan bibi bukan mengomentari tapai etek itu tidak manis, tapai etek anu asam, dsb-dsb.
Bahkan etek itu atau etek anu yang dikatakan tapainya tidak enak pun bertanya kepada bibi tentang rahasianya. Bibi menjelaskaan dan semua caranya ternyata sama. Yang membuat tapainya manis ternyata adik sepupu saya suka melucu sambil berjualan. Hehehehe .....!!!
Intinya, saya berjualan dan nenek saya berusaha membuat goreng pisang yang disukai. Pisangnya dipilih yang bagus dari ladang sendiri, tidak terlalu ranum, minyak gorengnya pun dipilih yang lebih jernih sehingga warna gorengannya tidak pucat. Tentang pisang goreng penjual lain, saya tidak akan ikut dalam pembicaraan, biarlah lidah pembeli saja yang menilai. Begitu juga, bibi saya selalu pesan, jual saja tapai kita, jangan komentari tapai orang lain.
Pelajarannya, beberapa orang mungkin menjual dagangan yang sama, tetapi supaya laku, juallah dagangan yang kualitasnya baik sehingga diminati. Itu saja belum cukup, berjualanlah dengan santun, jajakan dagangan dengan cara yang baik. Hindari fitnah agar rejeki yang didapat menjadi Halal dan Baik. Seberapa laku dagangan kita, itulah rejeki kita! Semakin berkualitas, semakin santun, yakinlah dagangan kita akan lebih laris dan langganan akan semakin suka! Itu se lah dulu...!!!

Post Top Ad

loading...