Peragaan busana berbahan batik oleh Peragawan/ti Uzbelistan beberapa waktu lalu. (dok) |
JAKARTA - Sejarah panjang batik terbukti mampu menjadi identitas sekaligus pemersatu bangsa Indonesia. Sejak Kerajaan Mataram kuno, batik sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat khususnya Jawa dan terus berkembang hingga masa kolonial Belanda.
Triana Wulandari, Direktur Sejarah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyebutkan, batik sudah dikenal oleh bangsa-bangsa lain di dunia sejak lama. Banyak negara mengagumi keindahan seni pada batik Indonesia.
Dia mengungkapkan sejarah, bahwa sejak abad ke 18 sudah digelar pameran batik di berbagai belahan dunia. Hingga kini, batik semakin eksis dan diterima oleh warga dunia, baik corak maupun fungsinya.
Ketika Rabindranath Tagore berkunjung ke Jawa pada tahun 1927, pemimpin India tersebut mengungkapkan kekagumannya kepada proses pembuatan batik.
"Kekaguman Tagore diwujudkan dengan mengirim pelajar India untuk belajar membatik. Kemarin, ketika digelar seminar ternyata pelajar santiniketan India banyak yang pandai membatik hanya motif berbeda di kain sari-nya India,” ucapnya.
Selain itu, batik telah menjadi identitas bangsa yang wajib dilestarikan dan dijaga oleh seluruh generasi muda. Salah satunya, dengan terus memahami sejarah batik.
“Dengan memahami sejarah batik, generasi muda akan berekspresi melalui berbagai karya yang bisa membanggakan dan mengharumkan bangsa, ” lanjutnya.
Rentang sejarah panjang batik sudah identik dengan Indonesia. Sehingga, batik tidak sekedar seni melainkan juga berfungsi sebagai pengikat, pemersatu, serta menjadi jati diri bangsa.
Mencintai batik harus dibarengi upaya melestarikan warisan bangsa yang sangat berharga tersebut. Maka, perlu mengerti segala hal terkait batik, baik asal usul, teknik pembuatan, motif, serta maknanya.
“Sudah sepatutnya generasi milenial paham sejarah batik dan bangga mengenakannya sebagai identitas bangsa. Sebab, sejarah membuktikan batik menjadi media diplomasi budaya bangsa di mata dunia, ” tandasnya. (*)